1. Tidak memiliki rencana dan tujuan investasi yang jelas
Sebelum memulai investasi saham, investor pemula harus memiliki rencana dan tujuan investasi yang jelas.
Rencana investasi meliputi hal-hal seperti alokasi dana, jangka waktu, profil risiko, strategi, dan evaluasi.
Tujuan investasi meliputi hal-hal seperti kebutuhan finansial, target imbal hasil, dan prioritas.
Dengan memiliki rencana dan tujuan investasi yang jelas, investor pemula dapat menentukan saham-saham yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.
Selain itu, investor pemula juga dapat mengukur kinerja dan kemajuan investasi mereka secara berkala.
2. Tidak memahami risiko investasi
Investasi saham memiliki risiko yang berasal dari berbagai faktor, seperti fluktuasi harga, volatilitas pasar, kualitas emiten, kondisi makroekonomi, dan lain-lain.
Investor pemula harus memahami risiko investasi dan cara mengelolanya.
Salah satu cara mengelola risiko investasi adalah dengan melakukan diversifikasi portofolio, yaitu menyebar investasi ke berbagai saham yang memiliki korelasi rendah atau negatif.
Dengan demikian, investor pemula dapat mengurangi dampak buruk dari penurunan harga saham tertentu.
Selain itu, investor pemula juga harus melakukan analisis fundamental dan teknikal untuk mengetahui potensi dan kelayakan saham yang akan dibeli atau dijual.
3. Tidak melakukan money management
Money management adalah pengelolaan dana investasi secara efektif dan efisien.
Investor pemula harus melakukan money management untuk mengoptimalkan imbal hasil dan meminimalkan kerugian.
Money management meliputi hal-hal seperti menetapkan anggaran investasi, menentukan batas kerugian (cut loss) dan target keuntungan (take profit), dan menyesuaikan ukuran lot sesuai dengan modal.
Dengan melakukan money management, investor pemula dapat mengontrol emosi, disiplin, dan konsisten dalam berinvestasi.
4. Tergiur dengan iming-iming keuntungan besar dan cepat
Investasi saham memang menawarkan keuntungan yang besar dan cepat, tetapi juga memiliki risiko yang tinggi.
Investor pemula tidak boleh tergiur dengan iming-iming keuntungan besar dan cepat tanpa mempertimbangkan risiko yang ada.
Investor pemula harus realistis dan rasional dalam menetapkan target imbal hasil.
Investor pemula juga harus berhati-hati dengan saham-saham yang memiliki harga rendah, volume tinggi, dan pergerakan cepat, karena bisa jadi itu adalah saham gorengan yang tidak memiliki fundamental yang baik.
Investor pemula harus menghindari saham-saham yang tidak memiliki underlying asset atau future cash flow, seperti cryptocurrency, karena bisa jadi itu adalah bentuk spekulasi atau judi.
5. Mengikuti rekomendasi orang lain tanpa analisis sendiri
Investor pemula seringkali mengikuti rekomendasi orang lain, seperti broker, analis, media, atau teman, tanpa melakukan analisis sendiri.
Hal ini berbahaya, karena rekomendasi orang lain bisa jadi tidak akurat, tidak objektif, atau bahkan bermotif tertentu.
Investor pemula harus melakukan analisis sendiri untuk memverifikasi rekomendasi orang lain.
Investor pemula harus mencari sumber informasi yang kredibel, relevan, dan terbaru.
Investor pemula juga harus membandingkan rekomendasi orang lain dengan rekomendasi dari sumber lain yang berbeda.
6. Panik atau kalap terhadap fluktuasi pasar
Investasi saham memiliki fluktuasi yang tinggi, yang dapat membuat investor pemula panik atau kalap.
Investor pemula yang panik cenderung menjual sahamnya ketika harga turun, padahal itu adalah kesempatan untuk membeli saham dengan harga murah.
Investor pemula yang kalap cenderung membeli sahamnya ketika harga naik, padahal itu adalah kesempatan untuk menjual saham dengan harga tinggi.
Investor pemula harus tetap tenang dan sabar terhadap fluktuasi pasar.
Investor pemula harus mengikuti rencana dan tujuan investasi yang telah ditetapkan.
Investor pemula juga harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham, seperti laporan keuangan, berita, sentimen, dan lain-lain.
Posting Komentar